Tugas Matematika dan Ilmu Alamiah Dasar
"IPTEK dan Perkembangannya"
NAMA : NABILA ZAHARA
KELAS : 1PA03
NPM : 15518086
MATA KULIAH : MATEMATIKA DASAR & ILMU ALAMIAH DASAR
DOSEN : APRILIA MAHARANI AYUNINGSIH
PERKEMBANGANNYA IPTEK SAAT INI
Secara harfiah teknologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu “tecnologia” yang berarti pembahasan sistematik mengenai seluruh seni dan kerajinan. Istilah tersebut memiliki akar kata “techne” dalam bahasa Yunani kuno berarti seni (art), atau kerajinan (craft). Teknologi dapat dimaknai sebagai ”pengetahuan mengenai bagaimana membuat sesuatu (know-how of making things) atau “bagaimana melakukan sesuatu” (know-how of doing things), dalam arti kemampuan untuk mengerjakan sesuatu dengan nilai yang tinggi, baik nilai manfaat maupun nilai jualnya (Martono, 2012, p.276).
Secara harfiah teknologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu “tecnologia” yang berarti pembahasan sistematik mengenai seluruh seni dan kerajinan. Istilah tersebut memiliki akar kata “techne” dalam bahasa Yunani kuno berarti seni (art), atau kerajinan (craft). Teknologi dapat dimaknai sebagai ”pengetahuan mengenai bagaimana membuat sesuatu (know-how of making things) atau “bagaimana melakukan sesuatu” (know-how of doing things), dalam arti kemampuan untuk mengerjakan sesuatu dengan nilai yang tinggi, baik nilai manfaat maupun nilai jualnya (Martono, 2012, p.276).
Manusia menggunakan teknologi karena memiliki akal. Dengan akalnya manusia ingin keluar dari masalah, ingin hidup lebih baik, lebih aman, dan sebagainya. Perkembangan teknologi terjadi karena seseorang menggunakan akalnya untuk menyelesaikan setiap masalah yang dihadapinya.
Kemajuan teknologi adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari dalam kehidupan ini, karena kemajuan teknologi akan berjalan sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Setiap inovasi diciptakan untuk memberikan manfaat positif bagi kehidupan manusia. Teknologi juga memberikan banyak kemudahan, serta sebagai cara baru dalam melakukan aktivitas manusia. Manusia juga sudah menikmati banyak manfaat yang dibawa oleh inovasi-inovasi teknologi yang telah dihasilkan dalam dekade terakhir ini.
Pada era globalisasi saat ini, penguasaan teknologi menjadi prestise dan indikator kemajuan suatu negara. Negara dikatakan maju jika memiliki tingkat penguasaan teknologi tinggi (high technology), sedangkan negara-negara yang tidak bisa beradaptasi dengan kemajuan teknologi sering disebut sebagai negara gagal (failed country).
Negara-negara yang berjaya ini menjadi adikuasa (powerful), kaya raya (prosperous), dan berprestise (prestigious) karena bermodalkan teknologi. Oleh karena itu, memasuki Milenium III ini, tidak mengherankan berkembang keinginan untuk memanfaatkan, mengembangkan, dan menguasai teknologi. Terobosan teknologi di bidang mikro-elektronika, bio teknologi, telekomunikasi, komputer, internet, dan robotik telah mengubah secara mendasar cara-cara kita mengembangkan dan mentransformasikan teknologi ke dalam sektor produksi yang menghasilkan barang dan jasa dengan teknologi tinggi (Buhal, 2000, p.i).
Pada satu sisi, perkembangan dunia IPTEK yang demikian mengagumkan itu memang telah membawa manfaat yang luar biasa bagi kemajuan peradaban umat manusia. Jenis-jenis pekerjaan yang sebelumnya menuntut kemampuan fisik yang cukup besar, kini relatif sudah bisa digantikan oleh perangkat mesin-mesin otomatis. Demikian juga ditemukannya formulasi-formulasi baru kapasitas komputer, seolah sudah mampu menggeser posisi kemampuan otak manusia dalam berbagai bidang ilmu dan aktivitas manusia. Ringkas kata kemajuan teknologi saat ini benar-benar telah diakui dan dirasakan memberikan banyak kemudahan dan kenyamanan bagi kehidupan umat manusia (Dwiningrum, 2012, p.171).
Di sisi lain, manusia tidak bisa menipu diri sendiri akan kenyataan bahwa teknologi mendatangkan malapetaka dan kesengsaraan bagi manusia modern. Kemajuan teknologi, yang semula untuk memudahkan manusia, ketika urusan itu semakin mudah, maka muncul “kesepian” dan keterasingan baru, yakni lunturnya rasa solidaritas, kebersamaan, dan silaturrahmi. Contohnya penemuan televisi, komputer, internet, dan handphone telah mengakibatkan kita terlena dengan dunia layar.
Layar kemudian menjadi teman setia, bahkan kita lebih memperhatikan dunia layar dibandingkan istri/suami, dan anak sekalipun. Hampir setiap bangun tidur kita menekan tombol televisi untuk melihat layar, pergi ke kantor tekan tombol handphone melihat layar untuk ber-sms, BBM (Blackberry Messenger) ria atau main game, sampai di kantor sudah tersedia layar komputer atau layar televisi.
Kemajuan teknologi adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari dalam kehidupan ini, karena kemajuan teknologi akan berjalan sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Setiap inovasi diciptakan untuk memberikan manfaat positif bagi kehidupan manusia. Teknologi juga memberikan banyak kemudahan, serta sebagai cara baru dalam melakukan aktivitas manusia. Manusia juga sudah menikmati banyak manfaat yang dibawa oleh inovasi-inovasi teknologi yang telah dihasilkan dalam dekade terakhir ini.
Pada era globalisasi saat ini, penguasaan teknologi menjadi prestise dan indikator kemajuan suatu negara. Negara dikatakan maju jika memiliki tingkat penguasaan teknologi tinggi (high technology), sedangkan negara-negara yang tidak bisa beradaptasi dengan kemajuan teknologi sering disebut sebagai negara gagal (failed country).
Negara-negara yang berjaya ini menjadi adikuasa (powerful), kaya raya (prosperous), dan berprestise (prestigious) karena bermodalkan teknologi. Oleh karena itu, memasuki Milenium III ini, tidak mengherankan berkembang keinginan untuk memanfaatkan, mengembangkan, dan menguasai teknologi. Terobosan teknologi di bidang mikro-elektronika, bio teknologi, telekomunikasi, komputer, internet, dan robotik telah mengubah secara mendasar cara-cara kita mengembangkan dan mentransformasikan teknologi ke dalam sektor produksi yang menghasilkan barang dan jasa dengan teknologi tinggi (Buhal, 2000, p.i).
Pada satu sisi, perkembangan dunia IPTEK yang demikian mengagumkan itu memang telah membawa manfaat yang luar biasa bagi kemajuan peradaban umat manusia. Jenis-jenis pekerjaan yang sebelumnya menuntut kemampuan fisik yang cukup besar, kini relatif sudah bisa digantikan oleh perangkat mesin-mesin otomatis. Demikian juga ditemukannya formulasi-formulasi baru kapasitas komputer, seolah sudah mampu menggeser posisi kemampuan otak manusia dalam berbagai bidang ilmu dan aktivitas manusia. Ringkas kata kemajuan teknologi saat ini benar-benar telah diakui dan dirasakan memberikan banyak kemudahan dan kenyamanan bagi kehidupan umat manusia (Dwiningrum, 2012, p.171).
Di sisi lain, manusia tidak bisa menipu diri sendiri akan kenyataan bahwa teknologi mendatangkan malapetaka dan kesengsaraan bagi manusia modern. Kemajuan teknologi, yang semula untuk memudahkan manusia, ketika urusan itu semakin mudah, maka muncul “kesepian” dan keterasingan baru, yakni lunturnya rasa solidaritas, kebersamaan, dan silaturrahmi. Contohnya penemuan televisi, komputer, internet, dan handphone telah mengakibatkan kita terlena dengan dunia layar.
Layar kemudian menjadi teman setia, bahkan kita lebih memperhatikan dunia layar dibandingkan istri/suami, dan anak sekalipun. Hampir setiap bangun tidur kita menekan tombol televisi untuk melihat layar, pergi ke kantor tekan tombol handphone melihat layar untuk ber-sms, BBM (Blackberry Messenger) ria atau main game, sampai di kantor sudah tersedia layar komputer atau layar televisi.
TINGKATAN TEKNOLOGI BERDASARKAN PENERAPANNYA
PERANAN IPTEK TERHADAP BIDANG SOSIAL BUDAYA
Perubahan sosial budaya merupakan suatu perubahan y
ang menyangkut banyak aspek dalam kehidupan seperti kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, aturan aturan hidup berorganisasi, dan filsafat. Jadi, teknologi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya perubahan sosial budaya.
Perubahan sosial mempunyai tiga dimensi, yaitu: Pertama, dimensi struktural mengacu pada perubahan-perubahan dalam bentuk struktur masyarakat, menyangkut perubahan dalam peranan, munculnya peranan baru, perubahan dalam struktur kelas sosial, dan perubahan dalam lembaga sosial. Kedua, dimensi kultural mengacu pada perubahan kebudayaan dalam masyarakat.
Perubahan ini meliputi;
(1) inovasi kebudayaan, merupakan komponen internal dalam suatu masyarakat. Inovasi kebudayaan yang paling mudah ditemukan adalah munculnya teknologi baru. Kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks memaksa individu untuk berpikir kreatif dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
(2) difusi, merupakan komponen eksternal yang mampu menggerakkan terjadinya perubahan sosial. Sebuah kebudayaan mendapatkan pengaruh dari budaya lain, kemudian memicu perubahan kebudayaan dalam masyarakat yang “menerima” unsur-unsur budaya tersebut.
(3) integrasi, merupakan wujud perubahan budaya yang “relatif lebih halus”. Hal ini disebabkan dalam proses ini terjadi penyatuan unsur-unsur kebudayaan yang saling bertemu untuk kemudian memunculkan kebudayaan baru sebagai hasil penyatuan berbagai unsur-unsur budaya tersebut (Martono, 2012, p.6).
Ketiga, dimensi interaksional mengacu pada adanya perubahan hubungan sosial dalam masyarakat. Dimensi ini meliputi (Martono, 2012, pp.7-8):
a. Perubahan dalam frekuensi. Perkembangan teknologi telah menyebabkan berkurangnya frekuensi individu untuk saling bertatap muka. Semua kebutuhan untuk berinteraksi dapat dipenuhi dengan memanfaatkan teknologi. Seorang nasabah bank tidak perlu berulang kali bertemu dengan petugas teller bank. Fungsi dan peran teller bank telah tergantikan oleh mesin ATM (Automatic Teller Machine atau Anjungan Tunai Mandiri) yang mampu melayani nasabah selama 24 jam di mana saja, tanpa harus mengantri lama, atau menulis formulir tertentu.
b. Perubahan dalam jarak sosial. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah menggeser fungsi “tatap muka” dalam proses interaksi. Individu tidak harus bertatap muka untuk dapat melakukan komunikasi dan interaksi secara langsung. Bahkan ketika dua individu berada di tempat yang sangat jauh, mereka bisa tetap berkomunikasi meskipun dalam jarak ribuan kilometer.
c. Perubahan perantara. Mekanisme kerja individu dalam masyarakat modern banyak bersifat serba “online”, menyebabkan individu tidak banyak membutuhkan “orang lain” dalam proses pengiriman informasi. Pada zaman dulu, seorang raja yang ingin menyampaikan berita untuk kerajaan tetangga, menyuruh prajurit untuk menyampaikan surat ke kerajaan tetangga tersebut. Namun, pada masa modern sekarang, informasi antar negara dapat langsung disampaikan tanpa melalui orang lain sebagai perantara.
d. Perubahan dari aturan atau pola-pola. Banyak aturan serta pola-pola hubungan yang mengalami perubahan seiring perkembangan masyarakat. Emansipasi perempuan dalam dunia kerja misalnya, telah mengubah cara pandang masyarakat. dalam menyikapi “perempuan yang pulang malam”. Bila sebelumnya perempuan yang sering keluar atau pulang malam sering dikonotasikan sebagai “perempuan nakal”, namun sekarang masyarakat telah memandang hal tersebut sebagai hal yang biasa karena pada saat sekarang banyak perempuan yang bekerja sampai larut malam atau bahkan bekerja pada malam hari.
e. Perubahan dalam bentuk interaksi. Interaksi antar individu tidak sekaku pada masa lalu ketika interaksi harus dilakukan secara tatap muka. Di era sekarang, interaksi dapat dilakukan kapan saja melalui telepon, handphone, email, chatting, facebook, Yahoo!Messenger, Twitter, Internet Relay Chatting, dan berbagai teknologi canggih lainnya.
Perubahan sosial terbagi atas dua wujud sebagai berikut:
1). Perubahan dalam arti kemajuan (progress) atau menguntungkan.
2) Perubahan dalam arti kemunduran (regress) yaitu yang membawa pengaruh kurang menguntungkan bagi masyarakat.
Kemajuan teknologi di satu sisi merupakan contoh perubahan sosial yang bersifat kemajuan karena mempermudah aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun, di sisi lain kemajuan teknologi juga merupakan contoh perubahan sosial yang bersifat kemunduran karena manusia menjadi tergantung dengan teknologi (budak teknologi) bukan manusia yang menguasai teknologi akan tetapi teknologi yang menguasai manusia.
Teknologi Tinggi ( Hi – tech )
Suatu jenis teknologi
mutakhir yang dikembangkan dari hasil penerapan ilmu pengetahuan terbaru.
Contoh : computer, laser, bioteknologi, satelit komunikasi dan sebagainya. Ciri
– ciri teknologi ini adalah padat modal, didukung rasilitas riset dan
pengembangannya, biaya perawatan tinggi, ketrampilan operatornya tinggi dan
masyarakat penggunanya ilmiah.
Teknologi Madya
Suatu jenis teknologi
yang dapat dikembangkan dan didukung masyarakat yang lebih sederahan dan dapat
digunakan dengan biaya dan kegunaan yang paling menguntungkan. Ciri teknologi
madya adalah tidak memerlukan modal yang terlalu besar dan tidak memerlukan
pengetahuan baru, karena telah bersifat rutin. Penerapan teknologi maday ini
bersifat setengah padat modal da padat karya, unsur – unsur yang mendukung
industrinya biasanya dapat diperoleh di dalam negeri dan keterampilan pekerjanya
tidak terlalu tinggi.
Teknologi Tepat Guna
Teknologi ini dicirikan dengan skala modal kecil, peralatan
yang digunakan sederhana dan pelaksanaannya bersifat padat karya. Biasanya
dilakukan di negara – negara berkembang, karena dapat membantu perekonomian
pedesaan, mengurangi urbanisasi dan menciptakan tradisi teknologi dari tingkat
paling sederhana.
Perubahan sosial budaya merupakan suatu perubahan y
ang menyangkut banyak aspek dalam kehidupan seperti kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, aturan aturan hidup berorganisasi, dan filsafat. Jadi, teknologi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya perubahan sosial budaya.
Perubahan sosial mempunyai tiga dimensi, yaitu: Pertama, dimensi struktural mengacu pada perubahan-perubahan dalam bentuk struktur masyarakat, menyangkut perubahan dalam peranan, munculnya peranan baru, perubahan dalam struktur kelas sosial, dan perubahan dalam lembaga sosial. Kedua, dimensi kultural mengacu pada perubahan kebudayaan dalam masyarakat.
Perubahan ini meliputi;
(1) inovasi kebudayaan, merupakan komponen internal dalam suatu masyarakat. Inovasi kebudayaan yang paling mudah ditemukan adalah munculnya teknologi baru. Kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks memaksa individu untuk berpikir kreatif dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
(2) difusi, merupakan komponen eksternal yang mampu menggerakkan terjadinya perubahan sosial. Sebuah kebudayaan mendapatkan pengaruh dari budaya lain, kemudian memicu perubahan kebudayaan dalam masyarakat yang “menerima” unsur-unsur budaya tersebut.
(3) integrasi, merupakan wujud perubahan budaya yang “relatif lebih halus”. Hal ini disebabkan dalam proses ini terjadi penyatuan unsur-unsur kebudayaan yang saling bertemu untuk kemudian memunculkan kebudayaan baru sebagai hasil penyatuan berbagai unsur-unsur budaya tersebut (Martono, 2012, p.6).
Ketiga, dimensi interaksional mengacu pada adanya perubahan hubungan sosial dalam masyarakat. Dimensi ini meliputi (Martono, 2012, pp.7-8):
a. Perubahan dalam frekuensi. Perkembangan teknologi telah menyebabkan berkurangnya frekuensi individu untuk saling bertatap muka. Semua kebutuhan untuk berinteraksi dapat dipenuhi dengan memanfaatkan teknologi. Seorang nasabah bank tidak perlu berulang kali bertemu dengan petugas teller bank. Fungsi dan peran teller bank telah tergantikan oleh mesin ATM (Automatic Teller Machine atau Anjungan Tunai Mandiri) yang mampu melayani nasabah selama 24 jam di mana saja, tanpa harus mengantri lama, atau menulis formulir tertentu.
b. Perubahan dalam jarak sosial. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah menggeser fungsi “tatap muka” dalam proses interaksi. Individu tidak harus bertatap muka untuk dapat melakukan komunikasi dan interaksi secara langsung. Bahkan ketika dua individu berada di tempat yang sangat jauh, mereka bisa tetap berkomunikasi meskipun dalam jarak ribuan kilometer.
c. Perubahan perantara. Mekanisme kerja individu dalam masyarakat modern banyak bersifat serba “online”, menyebabkan individu tidak banyak membutuhkan “orang lain” dalam proses pengiriman informasi. Pada zaman dulu, seorang raja yang ingin menyampaikan berita untuk kerajaan tetangga, menyuruh prajurit untuk menyampaikan surat ke kerajaan tetangga tersebut. Namun, pada masa modern sekarang, informasi antar negara dapat langsung disampaikan tanpa melalui orang lain sebagai perantara.
d. Perubahan dari aturan atau pola-pola. Banyak aturan serta pola-pola hubungan yang mengalami perubahan seiring perkembangan masyarakat. Emansipasi perempuan dalam dunia kerja misalnya, telah mengubah cara pandang masyarakat. dalam menyikapi “perempuan yang pulang malam”. Bila sebelumnya perempuan yang sering keluar atau pulang malam sering dikonotasikan sebagai “perempuan nakal”, namun sekarang masyarakat telah memandang hal tersebut sebagai hal yang biasa karena pada saat sekarang banyak perempuan yang bekerja sampai larut malam atau bahkan bekerja pada malam hari.
e. Perubahan dalam bentuk interaksi. Interaksi antar individu tidak sekaku pada masa lalu ketika interaksi harus dilakukan secara tatap muka. Di era sekarang, interaksi dapat dilakukan kapan saja melalui telepon, handphone, email, chatting, facebook, Yahoo!Messenger, Twitter, Internet Relay Chatting, dan berbagai teknologi canggih lainnya.
Perubahan sosial terbagi atas dua wujud sebagai berikut:
1). Perubahan dalam arti kemajuan (progress) atau menguntungkan.
2) Perubahan dalam arti kemunduran (regress) yaitu yang membawa pengaruh kurang menguntungkan bagi masyarakat.
Kemajuan teknologi di satu sisi merupakan contoh perubahan sosial yang bersifat kemajuan karena mempermudah aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun, di sisi lain kemajuan teknologi juga merupakan contoh perubahan sosial yang bersifat kemunduran karena manusia menjadi tergantung dengan teknologi (budak teknologi) bukan manusia yang menguasai teknologi akan tetapi teknologi yang menguasai manusia.
CONTOH PERKEMBANGAN IPTEK
Perkembangan mesin pendingin untuk ikan
Di daerah pantai, untuk mengawetkan ikan - ikan hasil laut yang akan dijual, agar tidak cepat membusuk
tetapi kondisi ikan ikan hasil laut masih dalam keadaan
segar dipergunakan pecahan pecahan es batu. Ikan
ikan hasil laut ditempatkan dalam wadah tertentu,
kemudian ditaburi dengan pecahan pecahan es batu.
Tujuannya adalah, mengkondisikan ikan ikan hasil laut
agar berada pada suhu yang rendah. Pada suhu rendah
(di bawah 0 derajat celcius), bakteri tidak aktif dan tidak dapat
berkembang biak, sehingga proses pembusukan ikan
tidak dapat berlangsung.
Sampai saat ini, proses pengawetan ikan di
daerah pantai dengan cara pendinginan masih
mempergunakan cara seperti ini. Sistem ini
mempunyai beberapa kelemahan. Pertama, proses
pendinginan ikan ikan hasil laut berlangsung tidak
lama. Dengan berjalannya waktu, es akan mencair.
Jika diinginkan ikan ikan hasil laut tetap dalam keadaan
dingin, segar dan tidak cepat membusuk, maka es
harus segera disediakan dan ikan ikan harus segera
ditaburi dengan es kembali. Kedua, sistem pendinginan
dengan cara ini tidak praktis dan boros waktu,
karena harus menyediakan es cukup banyak dan
menyediakan waktu untuk mengangkut es, memecah
mecah es, menaburi ikan ikan dengan es dan
membuang air dari meleburnya es setiap harinya.
Walaupun masih ada yang menggunakan cara tradisional, adapula yang telah mengikuti perkembangan teknologi yaitu dengan menggunakan refrigeran sekunder. Cara ini sudah tidak lagi menggunakan es. Refrigeran sekunder dipilih tidak beku pada suhu di
bawah nol derajat celcius. Refrigeran sekunder yang
dipergunakan untuk membekukan ikan hasil laut
disirkulasikan oleh pompa. Setelah dipergunakan
mendinginkan ikan, refrigeran sekunder didinginkan
kembali oleh mesin pendingin dan dipompa kembali
ke bak pendingin ikan ikan hasil laut.
Adanya perkembangan teknologi ini para nelayan mendapatkan keuntungan, yaitu :
(1) Praktis, karena suhu
refrigeran sekunder dapat diatur dan dijaga pada suhu tertentu sesuai yang dikehendaki serta dapat
berlangsung secara terus menerus selama mesin
pendingin hidup.
(2) tidak merepotkan dan tidak
boros waktu.
Jadi, pernanan IPTEK dalam proses pendinginan ikan mendatangkan banyak manfaat bagi para nelayan khususnya dalam bidang ekonomi, yaitu:
1. Nelayan dapat lebih cepat menjual ikan ikannya karena waktu pendinginan ikan juga lebih cepat.
2. Para pembeli pun banyak yang percaya kepada nelayan itu karena ikan ikan yang mereka beli selalu dalam keadaan segar.
3. Pembeli tidak segan untuk membayar sedikit mahal untuk kualitas ikan yang baik.
REFERENSI
Kusbandono, Wibowo. (2015). COP mesin pendingin refrigeran sekunder. Jurnal Penelitian, vol.19, 79-86.
Ngafifi, Muhamad. (2014). Fondasi dan aplikasi. Jurnal Pembangunan Pendidikan, vol .2, 33-47.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar